Istilah vulvovaginal candidiasis mungkin terdengar asing bagimu. Namun, tahukah kamu bahwa vulvovaginal candidiasis adalah infeksi pada vagina yang sering dialami oleh wanita? Saking seringnya, peneliti meyakini 3 dari 4 wanita pernah mengalami vulvovaginal candidiasis.
Mengingat risiko infeksi yang sangat sering terjadi, kamu perlu tahu lebih lanjut tentang vulvovaginal candidiasis. Simak baik-baik artikel di bawah ini mengetahuinya, yuk!
Pengertian vulvovaginal candidiasis
Vulvovaginal candidiasis adalah infeksi jamur pada vagina. Kondisi ini sering disebut juga dengan vaginal candidiasis dan candidal vaginitis. Selain itu, banyak pula yang menyebut infeksi ini hanya dengan sebutan Candidiasis.
Kandidiasis vagina banyak dialami oleh wanita, khususnya yang masih berada dalam usia reproduksi. Wanita dewasa yang telah pubertas atau telah menopause pun juga memiliki risiko terkena infeksi, tetapi tidak sebesar perempuan dalam usia reproduksi.
Penyebab vulvovaginal candidiasis
Kandidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur yang bernama Candida albicans. Sebenarnya, jamur ini hidup secara alami dalam tubuh. Candida albicans bisa ditemui dalam mulut, kulit, tenggorokan, usus, dan vagina dalam jumlah yang sedikit.
Kehadiran candida dalam vagina diseimbangkan oleh lactobacillus yang berfungsi mencegah pertumbuhan berlebih dari jamur candida. Peran lactobacillus sangat penting, sebab jumlah Candida albicans dalam vagina tidak boleh terlalu banyak.
Jika jamur candida tumbuh berlebihan, ia akan masuk ke dalam lapisan sel vagina sehingga menyebabkan vulvovaginal candidiasis. Pertumbuhan candida yang tidak terkontrol itu bisa disebabkan oleh:
- Penggunaan antibiotik
- Penggunaan kontrasepsi oral atau terapi hormon
- Diabetes yang tidak terkontrol
- Kehamilan. Ibu hamil yang memiliki kadar hormon estrogen tinggi lebih mudah terkena infeksi jamur kandida
- Terganggunya sistem imun, bisa karena infeksi HIV, kemoterapi, atau penggunaan steroid.
Gejala vulvovaginal candidiasis
Gejala vulvovaginal candidiasis terdiri dari gejala ringan dan berat. Gejala-gejala yang perlu kamu waspadai yaitu:
- Rasa sakit dan nyeri pada vagina
- Rasa gatal dan iritasi pada vagina serta vulva
- Rasa panas seperti terbakar ketika buang air kecil atau berhubungan seksual
- Vulva bengkak dan kemerahan
- Terdapat ruam pada vagina
- Keputihan tidak normal yang berwarna putih dan berbentuk gumpalan kental
- Terdapat robekan kecil atau luka pada vulva.
Pengobatan vulvovaginal candidiasis
Kapan kamu harus ke dokter? Kamu bisa mengunjungi dokter jika mengalami gejala-gejala infeksi jamur pada vagina di atas.
Diagnosis oleh dokter dilakukan dengan mengambil sampel cairan vagina. Sampel tersebut kemudian diperiksa menggunakan mikroskop untuk melihat adanya pertumbuhan jamur Candida albicans.
Pengobatan yang efektif untuk menghilangkan kandidiasis vaginalis yaitu:
- Minum obat antijamur seperti flukonazol atau itrakonazol.
- Mengoleskan krim antijamur ke dalam vagina, seperti mikonazol, klotrimazol, butokonazol, dan terconazole.
- Menggunakan obat antijamur untuk vagina dalam bentuk tablet atau suppositoria, seperti mikonazol.
Pencegahan vulvovaginal candidiasis
Vulvovaginal candidiasis tentu bisa kamu cegah dengan mengikuti cara-cara di bawah ini:
- Mengenakan pakaian dalam dari bahan katun agar bisa menyerap keringat.
- Menghindari pemakaian pakaian dalam dan stocking yang terlalu ketat.
- Menghindari penggunaan sabun pembersih area intim, pembalut, atau tampon yang beraroma.
- Menghindari penggunaan douche, yaitu cairan pembersih vagina yang mengandung air, cuka, dan pewangi. Douche akan menghilangkan bakteri normal di vagina yang berguna untuk menghindari infeksi.
- Tidak mengenakan pakaian dalam yang basah untuk terlalu lama. Baik basah karena keringat, cairan keputihan, atau darah menstruasi.
- Berhati-hati dengan penggunaan antibiotik. Tidak menggunakan antibiotik tanpa resep dari dokter. Hanya gunakan antibiotik ketika dibutuhkan dan sesuai dengan anjuran dokter.
Meskipun vulvovaginal candidiasis adalah kondisi yang banyak dialami oleh wanita, jangan sampai kamu menyepelekannya, ya. Sebab, infeksi vagina yang disebabkan oleh jamur itu bisa kronis jika tidak ditangani.
Lebih baik kamu mencegah daripada mengobati. Maka, yuk sayangi dirimu dengan menjaga kebersihan area kewanitaan agar tidak terkena infeksi jamur vagina.